Hai. Rasanya menyenangkan bisa
menyempatkan waktu menulis lagi. Saya jadi merasa punya tempat untuk
menceritakan apapun yang saya mau. Karena meskipun saya seorang penyendiri,
saya tetap punya keinginan untuk dapat berbagi dan saling bertukar kisah pada
siapa saja.
Ini hari Senin, dan kalau ngomong
soal hari Senin, pasti identik sama kesibukan. Ngomongin kesibukan, identik
sama kerjaan yang menumpuk dan belum selesai-selesai. Ujung-ujungnya ngarah ke
mood yang perlu dibangun agar kuat menghadapi kenyataan.
Ralat, maksud saya menghadapi
hari senin.
Saya sendiri merasakan betul jika
hari senin kondisi mood saya lebih susah diatur ketimbang ketika hari Selasa,
hari Rabu, apalagi weekend, pastinya. Seolah ada atmosfir yang tercipta entah
bagaimana caranya. Segala hal yang entah bagaimana caranya tercipta bisa dikategorikan
gaib. Seperti soal jodohmu dan jodohku. Eh.
Ini pendapat saya sendiri
barangkali mengenai hari senin dan mood. Sah-sah saja buat ditanggapi.
Jadi, sebagai seorang penyendiri,
kondisi mood yang naik-turun dan susah untuk diatur adalah masalah krusial.
Mood saya kalau boleh dibilang, gampang berubah, kayak anak labil. Penyebabnya
bisa dibilang lantaran saya sedikit bergaul, akibatnya pikiran kurang dapat
dialihkan untuk mengantisipasi arus pikiran negatif yang biasanya diendus-endus
sama Roy Kiyoshi.. Bahkan pernah saya selama tiga hari saya habiskan dengan
diam. Tanpa bicara apapun. Namanya juga penyendiri. Bayangkan, apa rasanya.
Padahal berbincang-bincang
merupakan kebutuhan bagi manusia. Saking butuhnya, itu mungkin motif sebagian
orang melakukan komunikasi dengan makhluk halus. Bukan, kok. Berbincang-bincang
bisa dikatakan sebagai salah satu cara untuk menjaga keteraturan mood.
Makanya saya sadar betul apa yang
menyebabkan mood saya menjadi tidak teratur. Anehnya, meskipun saya tahu, tetap
saya mengalami kesulitan mencari pemecahannya. Minimal mencari teman untuk
ngobrol atau apalah. Atau belajar melakukan kontak dengan makhluk halus, lagi-lagi.
Tapi seperti yang saya katakan di tulisan sebelumnya, topik obrolan saya
kebanyakan hal-hal yang serius.
Jadi, kapan nih mau diseriusin?
Ehm.
Tapi, saya percaya selalu ada
cara alternatif. Mungkin ini hikmah pentingnya dari keterbatasan yang saya alami.
Konyol juga kalau dipikir-pikir. Saya jadi merasa harus mencari cara lain untuk
menyelesaikan persoalan ini supaya tidak berlarut-larut. Saya pun memutar akal,
dan menjadikan saya banyak akal.
Agak sombong ya. Padahal naif.
Jadi kali ini, saya mau berbagi
sedikit kiat untuk mengatur mood ala saya. Ala-ala orang penyendiri. Namun,
bagi saya sendiri ini bukan cara yang benar-benar ampuh setiap saat. Jadi
sifatnya sementara. Saya anggap biar saya terus memikirkan cara-cara yang
semakin banyak variasinya. Soalnya saya jenis orang yang butuh banyak cara
untuk menyelesaikan persoalan. Semacam itulah.
Cara pertama yang akan saya
bagikan adalah menyetel musik sekeras mungkin. Tapi pakai headset. Lagu yang
saya putar biasanya Trouble Is a Friend
Lenka. Kalau masih belum berhasil juga, saya akan cari lagu yang temponya mirip
atau memainkan instrumen yang saya suka. Misalkan lagu sebelumnya menggunakan
piano, maka lagu selanjutnya juga harus ada instrumen pianonya. Kalau mentok
saya beralih ke musik klasik. Biasanya setelah lima atau enam lagu, mood yang
saya rasakan berangsur-angsur membaik.
Oh iya, biasanya saya denger
musik sambil minum kopi secangkir. Ngebon di warung sebelah.
Kalau cara yang pertama gagal,
atau kurang manjur, saya nonton film. Tapi, berhubung saya bukan tipe orang
yang suka nonton film, koleksi yang saya punya juga terbatas, jadi filmnya
itu-itu melulu. Buat film favorit saya, lain kali saya bahas. Yang jelas genre
film yang selalu saya tonton biasanya tentang biografi seseorang, bukan profil
makhluk halus. Bisa dikira-kira sendiri.
Kalau nonton film biasanya saya
sambil bikin mi instan.
Kalau cara kedua juga mental,
saya masih ada cara ketiga. Agak absurd kalau yang ini. Tapi memang kadang saya
lakukan juga. Yaitu nongkrong di kamar mandi. Namun jangan salah sangka, kamar
mandi di tempat saya bersih, kinclong, dan saya pilih-pilih sekali soal kamar
mandi kalau misal harus pindah kost, atau tinggal dimana gitu.
Kenapa kamar mandi? Karena
menurut saya disanalah tempat yang paling menjamin privasi. Konyolnya. Terus
apa yang saya lakukan dikamar mandi? Baca komik. Ya intinya saya mencari
privasi total.
Maaf ya, saya bukan apa yang
mungkin dibayangkan orang soal melakukan sesuatu di kamar mandi, dalam tanda
kutip.
Terus, cara lainnya yang saya
lakukan untuk mengatur mood. Pergi ketempat yang tinggi. Lagi-lagi jangan
bayangkan hal liar tentang tempat yang saya tuju. Terus terang, saya orangnya
takut tempat tinggi, jadi kecil kemungkinan saya bakal loncat dari sana. Namun,
karena tempat tinggi adalah salah satu fobia saya, sensasinya itu bikin mood
saya terasa di restart.
Naik ke tempat tinggi terus lihat
kebawah. Serem dong, bikin jantung deg-degan. Jadinya mundur beberapa langkah.
Karena jantung yang deg-degan segitu kencangnya, pas udah normal lagi tiba-tiba
mood udah lebih enak rasanya.
Perasaan jadi lega. Kayak abis
ngapain gitu.
Poinnya gini, supaya perasaan
jadi lega salah satu caranya adalah menghadapi ketakutan diri sendiri.
(saran saya cari ketakutan yang
wajar, kalau rasa takut yang dimiliki misalnya sama pacar sendiri, itu udah
beda cerita ya. Aneh juga kan, masa biar bisa dapat perasaan lega, terus
sengaja jalan sama perempuan lain dan ketahuan sama si pacar. Terus cari-cari
alasan supaya dia mau maafin.)
Dan cara terakhir dari saya.
Tidur. Kalau susah tidur, minum pil sakit kepala, atau pil anti mabuk
kendaraan. Ini cara kesukaan saya.
Sebab ini kesukaan, tidur menjadi
cara yang juga paling saya hindari. Demi menjaga keistimewaannya. Coba, apa
enaknya melakukan hal kesukaan terus menerus?
Dari apa yang udah saya jabarkan
diatas, menurut saya mood booster bukan harus hal yang mahal kok. Kadang kita
sebenarnya perlu membuka wawasan terhadap banyak hal yang diluar dugaan,
mungkin bisa membantu saat mood perlu ditata. Persoalan ini sedikit banyak ada
hubungannya ke pikiran, yaitu cara untuk mensugestikan sesuatu dalam diri kita
sehingga menghadirkan sebuah perasaan yang dibutuhkan oleh diri kita untuk
tetap produktif dan memenuhi semua tanggung jawab yang dimiliki.
Sugesti. Maknai kata tersebut
sebagai sebuah tindakan untuk berinteraksi pada diri sendiri. nyatanya kalau
memang manusia butuh berinteraksi satu sama lain, dengan cara
berbincang-bincang, misalnya, tentu saja manusia juga perlu berinteraksi dengan
diri sendiri.
Gitu ya. Udah sore. Nanti
dilanjut lagi.
No comments:
Post a Comment