Linguapreuner Indonesia

mengabadikan perenungan dalam kata-kata.

Tuesday, April 09, 2019

Seperti Seorang Bayi, Kita Perlu Belajar Melangkah Menggapai Mimpi

Melangkah Menggapai Mimpi
Pengembangan Diri
Setiap orang pasti memiliki angan-angannya. Entah apapun itu, yang jelas angan-angan mampu memberikan energi untuk memberikan perasaan senang meskipun hanya dengan membayangkannya saja, lantas bagaimana jika itu menjadi nyata? Tentulah rasanya akan berkali-kali lipat lebih dahsyat. Semua orang mengangankan sesuatu yang berbeda-beda. Mimpi, cita-cita, ambisi, obsesi, yang tanpanya hidup menjadi seperti hilang arah tujuannya. Maka adalah hak siapapun untuk memiliki angan-angan, sebagaimana siapapun juga berkesempatan untuk mewujudkannya.

Sayangnya, semua itu ada tahapannya. Tidak ujug-ujug jadi. Inilah yang kemudian membuat banyak sekali orang patah dan gagal sebab merasa tak sanggup menjalani tiap-tiap tahapan itu. Ada penghalang, ada rintangan yang seringkali dijadikan alasan atas setiap kegagalan. Yang lebih parah lagi, ada yang belum setengah jalan sudah merasa tidak sanggup dan memilih untuk putar haluan. Mengejar hal lain. Merasa memiliki angan-angan yang keliru, kehilangan fokusnya, terjebak pada kejenuhan, dan semacamnya. Akhirnya segalanya serba tanggung. Hal yang serba tanggung sama saja artinya dengan sia-sia.

Itulah sebabnya setia dijadikan moto utama dalam asmara, biar tidak terjebak pada kondisi tanggung, putar arah, terus jadinya gantung. Ujung-ujungnya sendiri lagi. Eh. Santai sedikit ya.

Masalahnya begini kalau dari sudut pandang saya. Ada persoalan mendasar dari setiap kegagalan itu namun jarang sekali disadari. Pun kalau disadari, seseorang akan lebih meyakini faktor-faktor diluar diri sendiri. Seperti menyalahkan keadaan, menyalahkan minimnya dukungan, kehilangan semangat, jenuh, macam-macam asumsi akan dibangun beserta argumennya. Padahal yang dibutuhkan paling utama adalah kesiapan diri sendiri. Membangun pondasi diri yang kuat agar tahan terhadap permasalahan yang akan muncul.

Melangkah Meraih Mimpi

Kalau begitu, sebenarnya persoalan mendasarnya apa? Bagi saya, persoalan ini saya sebut sebagai beratnya langkah pertama. Biar saya ilustrasikan. Ibaratkan seorang bayi yang baru mulai berjalan dengan kedua kakinya, apa yang dapat dibayangkan? Pastilah bagaimana ia menyeimbangkan tubuh dengan tulang-tulang dan sendi yang belum kuat, pastilah ia akan berkali-kali jatuh dulu. Pastilah ia tampak begitu payah dibandingkan dengan kita sendiri. sebab memang ia baru saja akan melakukan langkah pertamanya. Seorang bayi, perlu membiasakan diri dengan kedua kakinya sehingga berangsur-angsur kaki tersebut kokoh sehingga sanggup menopang tubuhnya. Jika melihat seorang bayi yang sedang belajar berjalan, mustahil ia akan langsung berhasil. Ia akan melewati beberapa tahapan, ia akan butuh waktu sebelum pada akhirnya mampu menggerakkan kakinya dan melangkah sesuka hatinya. Bukan hanya melangkah, pun berlari.

Hal ini sama seperti bagaimana kita memulai setiap langkah kita dalam menggapai angan-angan. Semuanya hanya akan terasa begitu sulit di langkah pertamanya. Semuanya hanya masalah waktu. Kesulitan yang dirasa hanya sementara. Cobalah tetap fokus. Ingat sebuah nasehat lama “one million of journey starts from one step”, bahwa perjalanan yang jauh sejatinya dimulai dari satu langkah pertama.

Dengan memahami ini, kita tidak perlu repot-repot berdalih ini itu untuk setiap kegagalan kita sedangkan semuanya baru saja dimulai. Seperti yang saya sampaikan tadi, hasil instan mutlak tidak ada, segalanya di dunia ini muncul tidak seketika. Maka, mulai bangun pondasi diri. Berhenti menjadikan hal-hal diluar diri sendiri sebagai faktor yang menghambat keberhasilan, ganti cara berpikir bahwa segalanya bisa dicapai selama terus membiasakan diri dan menjalani seluruh tahapan demi tahapan yang ada.

melangkah meraih mimpi

Sekarang jika menarik ingatan ke belakang, akan nampak satu dua kegagalan dan hal serba tanggung yang pernah dialami. Apakah gagal untuk mengolah minat dan bakat menjadi sebuah profesi, gagal untuk memulai bisnis. Gagal dalam bidang-bidang tertentu yang sebenarnya menjadi kesukaan pribadi. Gagal dalam asmara, eh. Ikut satu kegiatan, terus bosan, ganti kegiatan yang lain. Bosan lagi. Akhirnya tidak punya kegiatan. Fokusnya buyar. Jadinya tanggung. Sia-sia. Terlepas dari faktor-faktor tertentu, coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kita sudah benar-benar maksimal pada awalnya dan fokus mencurahkan diri disana?

Sedangkan jika saja sedari dulu memahaminya, lalu mulai menata dalam diri sendiri dan tetap berkonsentrasi mengejar segala yang ingin dicapai, saat ini hasilnya mungkin sudah mulai tampak.

Namun, itu semua telah berlalu. Seberapa parahpun penyesalannya. Sekaranglah waktunya untuk kembali memulai dari awal, dan belum terlambat untuk itu. Pikirkan satu hal yang ingin diraih, dan lekas ambil langkah pertama untuk memulainya. Berhenti untuk menunda. Lakukan perlahan-lahan dan nikmatilah setiap detik yang dilewati. Toh paling tidak, merasa bahagia melakukan apapun dari hati yang terdalam jauh lebih penting ketimbang tertekan oleh hidup yang singkat ini.

Juga, tak ada salahnya mencoba banyak hal, dan berusaha meraih semuanya, yang penting sadar apa yang menjadi prioritas, sehingga tidak akan tanggung-tanggung. Dari banyak hal yang nantinya dicoba, perlahan-lahan akan tahu juga mana yang cocok untuk dilanjutkan. Sementara jika dirasa tidak cocok, segera hentikan agar tidak buang-buang waktu.

No comments:

Post a Comment